Search
Close this search box.
EcoStory

Ide Kreatif Kaum Muda Demi Perubahan Lingkungan

Bagikan Tulisan

Kaum muda diharapkan dapat menjadi pelopor sekaligus penggerak perubahan lingkungan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Mereka dapat menyumbangkan berbagai ide kreatif kepada pemangku kepentingan. Mereka bisa menjadi pendamping untuk saling berbagi pengetahuan bersama masyarakat untuk mempertahankan pengelolaan sumber daya alam.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Merauke, Harmini dalam acara Expert Talk School of Eco Diplomacy (SED) Kelas Dasar di Kabupaten Merauke pada Senin (16/11/2020). Dalam kesempatan itu, hadir pula Direktur Perkumpulan Lembaga Advokasi Peduli Perempuan (eL_AdPPer) Beatrix Gebze, Kepala Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Merauke Pastor Anselmus Amo, dan Dekan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Musamus Edy HP. Melmambessy.

“Kita harus melibatkan kaum muda karena mereka memiliki peran penting terkait kondisi lingkungan Merauke di masa depan. Kaum muda menjadi pelopor perubahan lingkungan. Mereka harus berpikir kritis, optimis, dan mampu menggerakkan masyarakat untuk menciptakan perubahan lingkungan,” kata Harmini.

Pesan tersebut disampaikan kepada 19 peserta SED Kelas Dasar di Kabupaten Merauke pada 16-19 November 2020. Mereka berasal dari sekolah menengah atas, universitas, organisasi dan komunitas lokal. Proses pembelajaran 4 hari itu untuk menggugah minat dan kepedulian anak muda terhadap isu lingkungan. Setelah melakukan observasi lapangan di Taman Nasional Wasur dan Pantai Wendu, mereka diharapkan akan melakukan rencana aksi perubahan dengan dampingan dari para fasilitator.

Menurut Harmini, pembangunan ekonomi Kabupaten Merauke harus dilandasi perencanaan matang antara ekonomi dan lingkungan. Tanpa keduanya, pembangunan hanya akan mengorbankan masa depan generasi mendatang.

Ia mencontohkan bahwa pembangunan justru mempercepat laju abrasi. Pantai Arem, Dusun Wendu, Kampung Waninggap Nanggo, Distrik Semangga, telah terkikis sepanjang 5 meter setiap tahunnya. Pasir Pantai Arem diangkut untuk memenuhi permintaan pembangunan. Tanpa pengendalian menyeluruh, Dusun Wendu akan lenyap dan menjadi sejarah.

Sementara itu, Beatrix Gebze mengatakan bahwa kaum muda juga dapat terlibat dalam memahami dan menjaga budaya masyarakat adat yang hidup bersinggungan dengan hutan. Menurutnya, dalam sebuah festival, penggunaan atribut adat bercampur baur antarsuku. Terlebih, tak menutup kemungkinan atribut adat akan hilang bila keberadaan hutan adat tak dilindungi.

“Kehilangan hutan adat berarti kehilangan informasi lintas generasi. Kita sudah tidak mengenal budaya dengan baik,” ujar Beatrix.

Pastor Anselmus Amo mengajak berbagai pemangku kepentingan untuk turut serta dalam menjaga kelestarian alam Tanah Papua, terutama Kabupaten Merauke. Menurutnya, kerusakan alam yang terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan dapat menjadi pelajaran berharga agar tak terulang di Tanah Papua.

“Perlu pertobatan ekologis agar masalah lingkungan dan sosial dapat diatasi. Semua harus bergandengan tangan. Ini bukan hanya tugas pemerintah atau pemimpin agama. Kita tidak bisa berjalan sendiri. Kaum muda dapat mengambil peran signifikan bersama masyarakat,” ucap Anselmus. 

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved