Search
Close this search box.
EcoStory

Ekonomi Kreatif, Sebuah Mimpi di Distrik Mare

Bagikan Tulisan
Mama Orpa Nauw sedang menengok tanaman-tanaman sereh wangi yang tumbuh subur di pekarangannya. (Dok.EcoNusa/Muhammad Syukron Makmun)

Sarapan kami ubi rebus plus sambal bawang bersaus tomat yang disiapkan Beyum Antonela Baru di rumah panggung yang dijadikan dapur. Kami menikmatinya bersama teh hangat di depan rumah Mama Agustina Tahoba sambil memandang kabut yang turun perlahan menyelimuti hutan Kampung Seya, di Distrik Mare, Kabupaten Maybrat, Papua Barat.

Sudah dua kali tim EcoNusa mampir ke kampung yang jauh ini untuk memberikan dukungan terhadap pemberdayaan masyarakat adat. Distrik Mare sendiri sebenarnya sulit dijangkau. Hanya mobil gardan-ganda yang berani masuk ke kampung ini. Akses jalan memang masih belum memadai, terlebih saat hujan turun. Jika tak hati-hati, kendaraan bisa terkurung dalam lumpur. 

Beyum Atonella sedang membantu menyiapkan materi penyuluhan pertanian bagi warga kampung. (Dok.EcoNusa/Muhammad Syukron Makmun)

Namun di balik itu semua, Kampung Seya ini justru punya kelebihan dibanding Suswa, ibu kota Distrik Mare, atau bahkan Kumurkek, ibu kota Kabupaten Maybrat. Sinyal 4G di wilayah Kampung Seya dan Rufases  ini lebih bagus daripada kedua tempat itu. Akses fisik yang susah seakan-akan dikompensasi oleh akses virtual yang mudah.

Distrik Mare masih terus berbenah. Selama ini masyarakat masih mengandalkan pekerjaan dari Dana Desa melalui pembangunan infrastruktur. Kegiatan sehari-hari mereka berkebun dan mencari gaharu di hutan.

Baca juga: Bibit Tanaman untuk Kampung Rufases dan Seya

Kaka Beyum sendiri sudah lebih dari 18 bulan menjadi relawan pengajar untuk PAUD di Distrik Mare. Kondisi pendidikan di kampung ini sangat memprihatinkan. Sekolah Dasar hanya punya tiga orang guru PNS dan seorang guru honorer. Awalnya, operasional PAUD berjalan dengan program Dana Desa tahun 2019. Sayangnya, penggunaan Dana Desa untuk PAUD tak diteruskan pada 2020. 

“Mama dorang yang jadi relawan pengajar sudah tidak dibayar, tapi mereka tetap dampingi anak-anak PAUD,” jelas Kaka Beyum.

Atas dasar itulah Kaka Beyum dan beberapa relawan berinisiatif membangun ekonomi kreatif kampung. Karena dengan inovasi, menurut Kaka Beyum ada potensi di Distrik Mare yang bisa dikelola. Sebab, jika nantinya roda ekonomi kreatif itu berputar, hasilnya tentu dapat membantu para mama untuk tetap bertahan sekaligus mengajar generasi penerus.

Sebelumnya, masyarakat sudah berupaya meningkatkan ekonomi dengan memaksimalkan hasil kebun. Mereka beramai-ramai menanam rica, kacang merah, bayam, tomat, dan sawi. Hasilnya cukup memuaskan.  Namun persoalan transportasi tetap menjadi kendala ketika mereka akan menjual panennya. Tak heran kalau hasil kebun mereka kadang terbuang sia-sia.

Akses jalan menuju Distrik Mare, Kabupaten Maybrat, Papua. (Dok.EcoNusa/Muhammad Syukron Makmun)

“Kami sampai membuang-buang hasil panen karena terlalu banyak di kebun. Mau jual juga ke mana. Mobil keluar-masuk perlu duit banyak,” jelas Wilhemus Bame, kepala Kampung Seya. Selain perkara transportasi, yang membuat usaha mereka itu gagal adalah pengolahan hasil panen yang belum maksimal.

Baca juga: Kepiting, Potensi Menjanjikan di Sorong Selatan

Tim EcoNusa Covid-19 Response ditemani Kaka Beyum melihat beberapa kebun milik masyarakat. Pagar-pagar dari batang kayu panjang membentang seperti benteng mengelilingi kebun. Pagar ini sengaja dibangun untuk menahan babi hutan dan rusa agar tak memakan tanaman.

Salah satu kebun yang kami kunjungi adalah milik Mama Orpa Nauw. Mama Orpa menunjukkan sereh (serai) wangi yang baru saja ditanamnya. Menurut Kaka Beyum, sereh wangi memang sedang menjadi fokus utama dan diharapkan dapat jadi komoditas menguntungkan. Rencananya, sereh wangi akan diolah sampai menjadi minyak atsiri. Yang perlu dilakukan sekarang adalah mulai mempromosikan komoditas tersebut. Dengan akses internet yang ada, Kaka Beyum yakin sereh wangi akan berkembang menjadi komoditas unggulan Distrik Mare.

Upaya membangun ekonomi kreatif di Distrik Mare dengan akar rumput sereh wangi ini akan menjadi kenyataan. Namun perlu partisipasi dan dukungan pihak-pihak terkait untuk membangun akses pasar dan infrastruktur  transportasi yang lebih baik.

Editor: V. Arnila Wulandani & Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved